Rabu, 11 Januari 2012

Kista : Tak Selalu Harus Dioperasi, Sembuh Dengan Refleksi dan Herba

Kista : Tak Selalu Harus Dioperasi


Kenapa sekarang banyak wanita muda yang menderita kista? Adakah pilihan pengobatan lain selain operasi?

Ketika kita mendapat kabar, kita mempunyai kista, umumnya reaksi pertama yang muncul adalah panik, bingung, dan takut layaknya kita mendapat "vonis" menderita kanker. Seperti yang dialami Desy, di tahun 2008 dokter menemukan Desi memiliki kista di ovarium sebelah kanan ketika akan menjalani operasi apendiks (usus buntu). "Padahal selama ini saya tidak pernah punya keluhan apa-apa loh," katanya heran.

Kista memang tidak selalu memberikan gejala, dan kista hanya bisa diketahui keberadaannya melalui pemeriksaan USG. "Orang sering mengira kista itu sama dengan kanker. Padahal itu tidak sama," ujar  DR Dr Dwiana Ocviyanti, SpOG, staf pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM.

Ia menjelaskan, kista itu adalah tumor (benjolan) yang berisi cairan. Tumor pun ada yang jinak dan ada yang ganas. "Kabar baiknya, sebagian besar kista di indung telur sifatnya jinak," kata Dr Ocvi menenangkan. Bahkan di masa haid sebenarnya dalam diri setiap wanita ada benjolan berisi cairan yang isinya sel telur. Benjolan ini namanya folikel, dan bentuknya seperti kista, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. "Kista semacam ini disebut kista fungsional, dan sifatnya normal," tegas DR Dr Dwiana Ocviyanti, SpOG.

Ketika saatnya ovulasi dan pecah, sel telur dalam folikel ini akan dikeluarkan, dan folikelnya mengempis lagi. Sedangkan jika terjadi kehamilan, folikel akan menjadi satu organ yang bernama corpus luteum. Organ ini akan menghasilkan hormon progesteron yang berguna dalam masa kehamilan. "Kadangkala korpus luteum ini berlebihan dalam hal menyimpan cairan, maka terjadilah semacam kista," tambah Ocvi.

Apa yang harus dilakukan jika kita divonis mempunyai kista?

Operasi atau tidak?

Meski beberapa kista normal terjadi pada wanita, Dr Ocviyanti juga mengakui adanya kemungkinan keganasan. "Yang dimaksud ganas itu kalau sifatnya menyebar, dan bisa menyebabkan kematian," katanya. Untuk mengetahui kista termasuk yang jinak atau yang ganas, tentu diperlukan langkah-langkah pemeriksaan oleh seorang Ahli.

Ocvi juga mengingatkan, "Tidak serta merta semua kista harus dioperasi."  Beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah kondisi kista itu sendiri, yaitu apakah memang harus diangkat atau bisa dikecilkan dengan terapi tertentu. Juga, perlu dipertimbangkan kondisi pasien: berapa usianya, apakah sudah menikah, apakah harus segera hamil, atau apakah sudah memiliki anak.  "Jadi, operasi bukan jalan keluar untuk sejumlah kista," tegas Ocvi.    

Bahkan Ocvi mengatakan bahwa operasi pun tidak bisa menjamin bahwa kista tidak akan muncul kembali. Ia menambahkan, pengangkatan kista justru bisa mencederai indung telur. Padahal indung telur juga memproduksi hormon yang dibutuhkan tubuh.  Karena itulah, kembali ia menegaskan, "Harus benar-benar diperhitungkan manfaat yang diperoleh dengan melakukan operasi."

Jika memang kondisi kista mengharuskan untuk diangkat karena ukurannya yang besar atau karena keganasan, sebenarnya ada alternatif selain pembedahan secara terbuka, yaitu teknik laparoskopi. Teknik ini dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil berdiameter 5-10 cm di bagian perut pasien. Satu lubang untuk memasukkan alat yang dilengkapi kamera untuk melihat bagian dalam perut pasien di layar monitor, sementara lubang lain untuk melakukan pembedahan.

Menyeimbangkan hormon

Bagaimanapun, Dr Amarullah H. Siregar, DIHom, DNMed, MSc, PhD, berpendapat bahwa untuk menuntaskan masalah kista seharusnya dengan memperbaiki keseimbangan hormonal. Menurutnya masalah yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, baik kesulitan punya anak, kista ovarium, maupun mioma, tumor payudara, dan endometriosis, semua itu terjadi karena adanya gangguan atau ketidakseimbangan hormonal. "Karnanya, meski sudah dioperasi, jika keseimbangan hormonal tidak diperbaiki, tetap ada kecenderungan kista kembali muncul," katanya.

 

Melancarkan chi dengan temu putih dan umbi daun dewa

Di sisi lain, dalam Traditional Chinese Medicine (TCM) kista bisa timbul karena adanya sumbatan chi. "Karena itu, ramuan obat yang diberikan biasanya untuk melancarkan chi si penderita, seperti temu putih dan umbi daun dewa," kata dr Setiawan Dalimarta, dokter yang juga ahli TCM.

Menurut Drs H. Arief Hariana dalam bukunya Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, temu putih atau kunir putih (Curcuma alba L) memang diketahui memiliki efek farmakologis yaitu menghentikan pendarahan, antiinflamasi, dan antineoplastik (merusak pembentukan ribosom pada sel kanker). Sementara, umbi daun dewa (Gynura pseudo-china DC) berkhasiat mengatasi benjolan karena adanya gumpalan darah, perdarahan di dalam kandungan, haid tidak teratur, ganglion, kista, dan tumor. Pemakaiannya dengan cara merebus 6-9 gram umbi daun dewa segar, lalu airnya  diminum. (N)  
Penulis : Veronica Sri Utami

Simak artikel lengkapnya di Nirmala 01/Tahun ke 11, edar, 1 Januari 2010

Pasien kista yang datang ke tempat kami rata-rata sudah dapat vonis oprasi dari dokter, tapi Alhamdulillah dengan terapi rutin Refleksi antara 1-3 bulan dan dibantu dengan herbal akhirnya batal oprasi.

Silahkan datang ke tempat kami Rumah Sehat Refleksi jl. Brotonegoro barat no.108 Gresik kota baru tlp.031-70431304

Info.www.rumah-refleksi.web.id 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar