Rabu, 11 Januari 2012

REFLEKSOLOGI Mengobati Penyebab Timbulnya Sakit


Refleksologi telah lama dikenal sebagai terapi alternatif untuk mengatasi gangguan pada saraf dan peredaran darah. Seperti apa sebetulnya cara kerjanya?

Jika kepala, lehar, atau punggung Anda terasa sakit, sebelum minum obat, cobalah jalani terapi pijat refleksi di bagian kaki atau tangan Anda. Dalam waktu beberapa menit, sakit yang Anda rasakan kemungkinan akan berkurang; dan jika dilakukan secara tepat dan benar, bahkan bisa menghilangkan keluhan yang sering Anda rasakan.

Inilah yang dilakukan oleh Akhmadi (35 tahun). Pria yang bekerja sebagai Marketing Manajer di sebuah bank swasta nasional ini mengaku sebelum mengenal terapi pijat refleksi berbagai macam obat telah diminum, namun hasilnya tidak bisa bertahan lama. "Selesai minum obat, beberapa hari kemudian sakitnya kambuh lagi," katanya.

Menurut Andy Dees, MH, seorang ahli refleksologi dari Klinik Tre Danne, Jakarta Selatan, yang telah mendapatkan sertifikat dari International Association of Natural Healing and Reflexology Athens-Greece, pijat refleksologi sangat berguna sebagai deteksi dini (early detection) dan pencegahan terhadap suatu penyakit (prevention of disease).

 

Asal usul refleksologi

Refleksologi yang dipraktikkan sekarang ini berasal dari Mesir Kuno, berdasarkan inskripsi pada kuburan seorang penyembuh di Saqqara, Mesir, tahun 2350 SM. Sebelumnya, refleksologi juga telah dikembangkan kurang lebih 5000 SM di Cina. Namun, sampai sekarang tidak jelas bagaimana hubungan perkembangan refleksologi di Mesir Kuno dan Cina Kuno. Bagaimanapun, rupanya berbagai cara pemijatan titik-titik pada kaki untuk menyehatkan tubuh telah dilakukan oleh nenek moyang manusia dari berbagai penjuru dunia.

Bahkan orang Barat modern pun kemudian tertarik untuk mengembangkan refleksologi yang disebarkan ke Eropa seiring dengan perluasan kawasan Kekaisaran Romawi. Adalah Dr Edwin Bowers, MD yang pada permulaan abad ke-20 menemukan teori zona yang kemudian diperkenalkan oleh Dr William Fitzgerald, MD dalam bukunya Relieving Pain at Home (1917). Dalam bukunya ini, tubuh manusia dibagi dalam 10 zona secara vertikal, mulai dari jempol kaki terus ke kepala, dan selanjutnya dari jari kaki kedua terus ke kepala juga. Demikian juga tangan dibagi dalam jumlah zona yang sama, mulai dari ujung jari sampai pundak. Organ-organ tubuh dan saraf-saraf pada zona atau jalur yang sama itu saling berhubungan.

Dengan prinsip keterkaitan organ dalam tubuh, terapis pijat refleksologi tidak perlu menyentuh organ yang bermasalah, cukup memijat saraf yang terletak pada kaki. Dengan begitu diharapan organ akan berfungsi normal kembali. Pembagian ke dalam zona ini ditujukan untuk mempermudah pengenalan letak titik-titik yang saling berhubungan.

Teori zona ini juga membuat pijak refleksi kaki dan tangan lebih mudah diterima terutama bagi orang Barat, sebagai terapi yang membantu meningkatkan stamina dan mempertahankan kebugaran tubuh. Bahkan Dr Fitzgerald kemudian menemukan fakta yang menarik bahwa selain mengurangi rasa sakit, refleksologi juga efektif mengobati penyebab timbulnya rasa sakit.

Melalui perintisan oleh Dr Shelby Riley, MD, dan Eunice D.Ingham, seorang Physical Therapist, dikembangkan teori foot reflex yang membuat refleksologi makin dikenal dan diterima secara luas seperti sekarang.

 

Mencari kesembuhan

Menurut Andy Dees, prinsip pijat refleksologi pada dasarnya adalah memanipulasi titik pusat simpul saraf atau pengendali reflek di titik meridian. Bila energi di jalur meridian berjalan lancar, artinya tubuh dalam kondisi sehat. Sebaliknya, jika ada gangguan, kerja organ tubuh akan pincang dan bereaksi dalam bentuk gejala sakit. "Dalam terapi pemijatan, rasa sakit ini biasanya timbul karena titik-titik refleksi tersebut menjadi sangat sensitif terhadap rangsangan saat dilakukan pemeriksaan atau diagnosa," Andy Dees menjelaskan.

Setelah terdiagnosa, pemijatan suatu organ tubuh bisa dilakukan melalui kaki atau tangan. Dan jika dilakukan dengan benar dan tepat pada titik pusat simpul saraf  yang mengalami gangguan, bukan gejala sakit saja yang hilang tetapi juga penyebabnya. Bahkan, pijat refleksi juga diyakini mampu menghilangkan penyakit emosi seperti stres, depresi, dan frustrasi karena  pemijatan pada titik-titik refleksi tertentu dapat memicu pelepasan endorfin, yaitu hormon yang diproduksi otak dan memiliki cara kerja mirip morfin, sehingga dapat membuat tubuh dan perasaan relaks. (N)

Kesehatan kita adalah preventif, pepatah bilang mencegah lebih baik dari pada mengobati. Orang juga sering bilang sehat itu mahal karena kita sering menyadari pentingnya kesehatan di saat kita sudah sakit, nah sebelum anda sakit anda patut merawantnya maka anda akan bilang bahwa Sehat itu Murah,

Terapi Refleksi adalah salah satu cara Preventif untuk manjaga kesehatan anda. Dengan Rutin Terapi Refleksi Insya Allah anda akan merasakan Hidup Sahat tanpa batas.

Jika anda ingin mencoba Kedasyatan terapi Reflekis anda dapat melakukanya di Rumah Sehat Refleksi yang beralamat di jl. Brotonegoro Barat no. 108 Gresik Kota Baru tlp. 031-70431304

www.rumah-refleksi.web.id

Penulis : Ahmad Kholil 
Simak artikel lengkapnya di Nirmala 06/Tahun 11, edar 1 Juni 2010 

Cara Memilih Pengobatan Alternatif Agar Tidak Asal

Alternatif Petunjuk Memilih Pengobatan


Pilihan pengobatan alternatif semakin bertambah. Jenisnya pun macam-macam. Jangan sampai salah pilih!

Beberapa waktu yang lalu teman saya, sebut saja rosana (30 tahun), mengatakan bahwa mencari pengobatan alternatif saat ini sangat sulit. "Bahkan rasanya jauh lebih sulit daripada memilih dokter," tuturnya. Sudah berkalikali ia survei pengobatan alternatif, tapi belum ada yang pas. "jenisnya buaaanyak.. Saya tidak tahu mana yang resmi punya izin dan mana yang tidak," tuturrnya. anda mungkin setuju dengan pendapat rosana itu. Tidak bisa dipungkiri, jumlah pengobatan alternatif di indonesia semakin banyak. Sebelas tahun yang lalu Depkes mencatat ada 280.000 tenaga ahli yang membuka praktik pengobatan alternatif di indonesia (Warta Kesehatan Tradisional Depkes ri, Edisi 2 tahun 2006). Meskipun belum diketahui data pastinya, namun sekarang jumlahnya tentu lebih banyak lagi. Bertambahnya jumlah pengobatan ini bagaikan dua sisi mata pedang. Di satu sisi menggembirakan karena berarti pengobatan alternatif mulai diakui masyarakat. Namun di sisi lain, sebagian pengobatan yang metode dan latar belakang pengobatnya "tidak jelas" juga banyak bermunculan. Bermacam-macam iklan sensasional pun dipasang demi menarik perhatian. Sebenarnya, pengobatan alternatif seperti apa yang bisa dipilih? apa saja rambu-rambunya? Dan bagaimana cara memilihnya?  

Pengobatan alternatif, artinya..


Tidak dipungkiri, banyaknya jenis pengobatan alternatif membuat pengertiannya menjadi rancu. Departemen Kesehatan mendefinisikan pengobatan alternatif sama dengan pengobatan tradisional. menurut Ir Dunanty rK. Sianipar, mPH, Kepala Sub Direktorat Bina upaya Kesehatan Tradisional Departemen Kesehatan (Depkes) pengobatan tradisional adalah cara pengobatan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Pengobatan tersebut bisa dilakukan oleh ahli yang mendapatkan keterampilan dari lembaga formal atau kursus atau pelatihan, baik di dalam maupun di luar negeri. "Yang jelas, pengobatan alternatif tidak dianggap sama dengan perdukunan, praktik ilmu gaib, atau yang berbau klenik," Dunanty menegaskan. Metode yang digunakan dalam pengobatan alternatif harus rasional dan bisa dipertanggungjawabkan. Untuk mengaturnya, Depkes telah menetapkan 4 jenis pengobatan alternatif yang tumbuh dan berkembang di indonesia. Selain berasal dari negeri sendiri, pengobatan alternatif yang kini ada di indonesia juga banyak yang berasal dari luar negeri. Beberapa dari pengobatan tersebut diambil sebagai terapi pendamping atau pelengkap pengobatan konvensional sehingga berkembang menjadi pengobatan alternatif komplementer (Complementary and Alternative Medicine atau Cam). Jenis pengobatan ini praktisinya bukan dokter konvensional, melainkan dokter khusus (naturopati dan homeopati) dengan pendidikan yang berbeda. Sebagian dari mereka juga menguasai keahliannya dari pendidikan lain.

Kiat memilih pengobatan alternatif

Pertama, pelajari lebih dahulu metode atau terapi yang digunakan, manfaat dan kerugiannya. Setelah informasi ini anda dapatkan, sebaiknya konsultasikan lagi dengan dokter ahli naturopati atau dokter yang bersimpati kepada pengobatan alternatif untuk memperoleh pendapat lain (second opinion).

Kedua, pilih pengobatan alternatif yang rasional dan metodenya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan secara hukum sudah memiliki izin praktik. anda juga bisa melakukan survei kecil-kecilan. Teleponlah tempat praktiknya dan tanyakan beberapa hal penting yang ingin anda ketahui. Jika pertanyaan anda tidak ditanggapi secara terbuka, jangan ragu untuk mencoret tempat itu dari daftar.

Ketiga, pilih tenaga ahli yang latar belakang keahlian dan pendidikannya jelas, serta berpengalaman. jangan mudah terbujuk oleh pernyataan iklan yang berlebihan, atau testimonial dari seseorang yang belum tentu terbukti kebenarannya. mengutip saran Dunanty, yang tak kalah penting juga menyesuaikan anggaran, lokasi, dan waktu pengobatan yang sesuai. Bila sudah merasa yakin dengan salah satu pilihan, ingatlah bahwa jarang ada terapi alternatif yang cukup efektif bila berjalan sendiri. Pada umumnya pengobatan dilakukan secara holistik atau menyeluruh. misalnya, penderita kanker yang menjalani terapi herba, sebaiknya juga melakukan perubahan gaya hidup dan olah tubuh.

Rumah Sehat Refleksi insya Allah akan membantu anda guna mendapatkan Kesahatan anda kembali secara maksimal, kami insya Allah sudah terpercaya selama 9 th, para terapis kami semua lulusan Akademi Refleksi, ber ijazah dan memiliki izin praktek.

Alamat: Rumah Sehat Refleksi
Jl.Brotonegoro Barat no.108. Gresik kota baru tlp.031-70431304
 
Kunjungi www.rumah-refleksi.web.id
 

Jantung Sembuhkan Dengan Minyak Bawang Putih

Minyak Bawang Putih Pulihkan Jantung

Bawang putih ternyata dapat memberikan perlindungan pada jantung, sebuah penelitian menyebutkannya.

Ilmuwan dari Emory University School of Medicine di Amerika Serikat pun melakukan uji coba atas satu senyawa yang terkandung pada komponen minyak bawang putih, bernama diallyl trisulfide.

Mereka memberikan senyawa tersebut pada mencit yang arteri jantungnya tersumbat. Hasilnya jumlah jaringan jantung yang rusak dipulihkan hampir dua pertiga dan aliran darah mencit pun perlahan diperbaiki.

Peneliti menjelaskan bahwa senyawa diallyl trisulfide ini dapat melepaskan hidrogen sulfida, yang sebelumnya telah terbukti melindungi jaringan jantung dan konsentrasi rendah.

Senyawa yang terkandung dalam komponen minyak bawang putih ini pun dinilai peneliti sangat efisien untuk diberikan ke pasien. Mengingat pengobatan dengan bawang putih sebelumnya dalam bentuk gas dan mudah menguap bila diberikan sebagai obat terapi.

"Temuan senyawa dalam minyak bawang putih ini sangat baik. Kini kami tinggal memprosesnya menjadi obat oral yang lebih mudah dikonsumsi" jelas salah satu peneliti Profesor David Lefer. (fen)

Kami menyediakan kapsul serbuk dan minyak bawang putih (garlic)

Kapsul Minyak Garlic
Isi : 60
Rp: 40.000

Kunjungi www.rumah-refleksi.web.id

Rahasia di Balik Kehebatan Jintan Hitam Warisan Rasulullah

Rahasia di Balik Kehebatan Jintan Hitam


"Tetaplah berobat dengan habbatus sauda (jintan hitam) karena sesungguhnya ia bisa menyembuhkan semua penyakit kecuali kematian" (Hadist Bukhari).

Hardiani (47 tahun), ibu rumahtangga yang baru pulang umrah ke Tanah Suci mengungkapkan fenomena yang menarik. "Sekarang ini, oleh-oleh yang paling banyak dipesan dari Arab bukan kurma atau rumput fatimah lagi, tapi minyak jintan hitam. Banyak yang memang memerlukannya sebagai obat, ada juga yang ikut-ikutan tren," tuturnya sambil tertawa. Hal ini diakui oleh Rian (bukan nama sebenarnya, 31 tahun), penulis dari Bandung. Menurutnya, minyak jintan hitam asli Arab sudah terkenal multikhasiat, sehingga setiap kali ada kerabat atau teman yang pergi ke Arab atau Timur Tengah, ia tak segan-segan untuk menitip.

Sementara Adinda Pratomo (30 tahun), karyawan swasta dari Bogor, cukup mengandalkan jintan hitam lokal untuk mengobati asma yang diderita Candra, anaknya. 

Bukan bumbu dapur

Nama jintan mungkin sudah tak asing lagi di telinga Anda. Tapi jangan sampai salah, karena jintan hitam yang mereka bicarakan tadi, tidak ada hubungannya dengan jintan putih yang biasa kita jadikan bumbu untuk memasak opor, gulai, atau kari.

Jintan hitam, atau yang biasa disebut habbatus sauda, mempunyai nama latin Nigella sativa. Nama-nama lainnya adalah black caraway, black seed, dan black cumin. Di daerah Persia (sekarang Iran), ia disebut shonaiz dan di Turki corekotu siyah. Di Eropa, biji berwarna hitam ini juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dalam dunia farmasi modern, minyak biji hitam telah dipakai untuk membuat berbagai formula medis.

Di Indonesia, jintan hitam baru dikenal luas beberapa tahun yang lalu. Pemakai yang terbanyak umumnya dari kalangan pesantren atau keturunan Arab. Ini bisa dimaklumi, mengingat herba ini dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan tercatat dalam daftar obat alamiah Al Tibb al-Nabawi (Pengobatan Cara Nabi).

Sejak dahulu kala

Meskipun begitu, ketenarannya tidak terbatas di jazirah Arab atau bagi umat Islam saja. Jintan hitam sudah dimanfaatkan sejak zaman dahulu kala, serta tercatat dalam literatur-literatur kuno dan bukti sejarah yang ada di berbagai belahan dunia.

Dalam buku The Canon of Medicine, misalnya, Ibnu Sina, seorang tabib kuno asal Persia, memuji kehebatan jintan hitam sebagai obat yang bisa menstimulasi energi tubuh. Tabib yang di Barat dikenal sebagai Avicenna ini juga merekomendasikan jintan hitam untuk mengatasi demam, sakit kepala, sakit gigi, pilek, serta gangguan lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

Pengobatan Ayurveda di India bahkan sudah memanfaatkan jintan hitam dalam berbagai keperluan, baik yang bertujuan menjaga kesehatan, merawat kecantikan, maupun yang berhubungan dengan kondisi psikologi. Contohnya mengatasi gangguan saraf, masalah kandungan dan reproduksi, meningkatkan metabolisme, serta menstabilkan emosi.

Tidak tanggung-tanggung, Hipokrates, tokoh yang dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran modern, juga menyarankan jintan hitam untuk membangkitkan vitalitas energi serta mengatasi kelelahan fisik dan mental.

Sejuta khasiat

Begitu besar khasiatnya, membuat herba ini dijuluki habbatul baraka, yang artinya berkah kesembuhan bagi manusia.
Beberapa penelitian telah mengungkap manfaatnya sebagai antidiabetes. Lebih komplit, Raza dan rekan-rekannya dari Faculties of Veterinary Science and Basic Sciences, University of Agriculture, Pakistan, menyatakan bahwa jintan hitam juga memiliki manfaat sebagai antialergi, antiluka, anticacing, antibakteri, antijamur, antikejang, dan antitumor. Ia juga bersifat menstabilkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, mencegah pengerasan pada lapisan pembuluh darah, melancarkan air seni, meningkatkan produksi ASI, dan masih banyak lagi (International Journal of Agriculture and Biology, Vol.3, tahun 1999).
Khasiatnya sebagai obat tak terlepas dari kandungannya yang terdiri dari minyak atsiri, asam lemak tak jenuh (omega-3 dan omega-6), saponin, antosianin, nigellone, thymoquinone, anthraquinone, dan masih banyak lagi.  
Mengingat efeknya yang super lengkap itu, kiranya tidak mengherankan bila ia disebut-sebut mampu mengobati segala macam penyakit mulai dari gangguan alergi (asma, batuk, eksim, dsb), gangguan pencernaan (maag, luka lambung, diare, dsb), demam, nyeri haid, hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, gangguan jantung dan ginjal, hingga kanker. (N)
Penulis : Dyah Pratitasari

Simak artikel dan resep lengkapnya di Nirmala 05/Tahun 11,  Edar 1 Mei  2010 

 Rumah Sehat refleksi menyediakan Habatussaudah, baik dalam bentuk kapsul serbuk atau kapsul minyak.
Tlp.031-70431304
Kunjungi www.rumah-refleksi.web.id

Kista : Tak Selalu Harus Dioperasi, Sembuh Dengan Refleksi dan Herba

Kista : Tak Selalu Harus Dioperasi


Kenapa sekarang banyak wanita muda yang menderita kista? Adakah pilihan pengobatan lain selain operasi?

Ketika kita mendapat kabar, kita mempunyai kista, umumnya reaksi pertama yang muncul adalah panik, bingung, dan takut layaknya kita mendapat "vonis" menderita kanker. Seperti yang dialami Desy, di tahun 2008 dokter menemukan Desi memiliki kista di ovarium sebelah kanan ketika akan menjalani operasi apendiks (usus buntu). "Padahal selama ini saya tidak pernah punya keluhan apa-apa loh," katanya heran.

Kista memang tidak selalu memberikan gejala, dan kista hanya bisa diketahui keberadaannya melalui pemeriksaan USG. "Orang sering mengira kista itu sama dengan kanker. Padahal itu tidak sama," ujar  DR Dr Dwiana Ocviyanti, SpOG, staf pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM.

Ia menjelaskan, kista itu adalah tumor (benjolan) yang berisi cairan. Tumor pun ada yang jinak dan ada yang ganas. "Kabar baiknya, sebagian besar kista di indung telur sifatnya jinak," kata Dr Ocvi menenangkan. Bahkan di masa haid sebenarnya dalam diri setiap wanita ada benjolan berisi cairan yang isinya sel telur. Benjolan ini namanya folikel, dan bentuknya seperti kista, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. "Kista semacam ini disebut kista fungsional, dan sifatnya normal," tegas DR Dr Dwiana Ocviyanti, SpOG.

Ketika saatnya ovulasi dan pecah, sel telur dalam folikel ini akan dikeluarkan, dan folikelnya mengempis lagi. Sedangkan jika terjadi kehamilan, folikel akan menjadi satu organ yang bernama corpus luteum. Organ ini akan menghasilkan hormon progesteron yang berguna dalam masa kehamilan. "Kadangkala korpus luteum ini berlebihan dalam hal menyimpan cairan, maka terjadilah semacam kista," tambah Ocvi.

Apa yang harus dilakukan jika kita divonis mempunyai kista?

Operasi atau tidak?

Meski beberapa kista normal terjadi pada wanita, Dr Ocviyanti juga mengakui adanya kemungkinan keganasan. "Yang dimaksud ganas itu kalau sifatnya menyebar, dan bisa menyebabkan kematian," katanya. Untuk mengetahui kista termasuk yang jinak atau yang ganas, tentu diperlukan langkah-langkah pemeriksaan oleh seorang Ahli.

Ocvi juga mengingatkan, "Tidak serta merta semua kista harus dioperasi."  Beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah kondisi kista itu sendiri, yaitu apakah memang harus diangkat atau bisa dikecilkan dengan terapi tertentu. Juga, perlu dipertimbangkan kondisi pasien: berapa usianya, apakah sudah menikah, apakah harus segera hamil, atau apakah sudah memiliki anak.  "Jadi, operasi bukan jalan keluar untuk sejumlah kista," tegas Ocvi.    

Bahkan Ocvi mengatakan bahwa operasi pun tidak bisa menjamin bahwa kista tidak akan muncul kembali. Ia menambahkan, pengangkatan kista justru bisa mencederai indung telur. Padahal indung telur juga memproduksi hormon yang dibutuhkan tubuh.  Karena itulah, kembali ia menegaskan, "Harus benar-benar diperhitungkan manfaat yang diperoleh dengan melakukan operasi."

Jika memang kondisi kista mengharuskan untuk diangkat karena ukurannya yang besar atau karena keganasan, sebenarnya ada alternatif selain pembedahan secara terbuka, yaitu teknik laparoskopi. Teknik ini dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil berdiameter 5-10 cm di bagian perut pasien. Satu lubang untuk memasukkan alat yang dilengkapi kamera untuk melihat bagian dalam perut pasien di layar monitor, sementara lubang lain untuk melakukan pembedahan.

Menyeimbangkan hormon

Bagaimanapun, Dr Amarullah H. Siregar, DIHom, DNMed, MSc, PhD, berpendapat bahwa untuk menuntaskan masalah kista seharusnya dengan memperbaiki keseimbangan hormonal. Menurutnya masalah yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, baik kesulitan punya anak, kista ovarium, maupun mioma, tumor payudara, dan endometriosis, semua itu terjadi karena adanya gangguan atau ketidakseimbangan hormonal. "Karnanya, meski sudah dioperasi, jika keseimbangan hormonal tidak diperbaiki, tetap ada kecenderungan kista kembali muncul," katanya.

 

Melancarkan chi dengan temu putih dan umbi daun dewa

Di sisi lain, dalam Traditional Chinese Medicine (TCM) kista bisa timbul karena adanya sumbatan chi. "Karena itu, ramuan obat yang diberikan biasanya untuk melancarkan chi si penderita, seperti temu putih dan umbi daun dewa," kata dr Setiawan Dalimarta, dokter yang juga ahli TCM.

Menurut Drs H. Arief Hariana dalam bukunya Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, temu putih atau kunir putih (Curcuma alba L) memang diketahui memiliki efek farmakologis yaitu menghentikan pendarahan, antiinflamasi, dan antineoplastik (merusak pembentukan ribosom pada sel kanker). Sementara, umbi daun dewa (Gynura pseudo-china DC) berkhasiat mengatasi benjolan karena adanya gumpalan darah, perdarahan di dalam kandungan, haid tidak teratur, ganglion, kista, dan tumor. Pemakaiannya dengan cara merebus 6-9 gram umbi daun dewa segar, lalu airnya  diminum. (N)  
Penulis : Veronica Sri Utami

Simak artikel lengkapnya di Nirmala 01/Tahun ke 11, edar, 1 Januari 2010

Pasien kista yang datang ke tempat kami rata-rata sudah dapat vonis oprasi dari dokter, tapi Alhamdulillah dengan terapi rutin Refleksi antara 1-3 bulan dan dibantu dengan herbal akhirnya batal oprasi.

Silahkan datang ke tempat kami Rumah Sehat Refleksi jl. Brotonegoro barat no.108 Gresik kota baru tlp.031-70431304

Info.www.rumah-refleksi.web.id 

 


 

Sedikit-sedikit Antibiotik! Malah Gampang Sakit


Menggunakan antibiotika dengan sembrono sama saja dengan mengembang-biakkan bakteri super, yang kelak keganasannya tak akan mampu kita lawan lagi. Lalu, apakah konsep mengalahkan penyakit dengan antibiotik masih sahih?

Pemakaian antibiotik yang tidak rasional semakin mengkhawatirkan. Berbagai studi menemukan, sekitar 40 hingga 62 persen antibiotik digunakan untuk penyakit-penyakit yang tidak memerlukannya. Setiap minggu, di dunia tercatat rata-rata 2.645.000 resep antibiotik dari dokter kandungan dan 1.416.000 dari dokter penyakit dalam. Dari dua jenis spesialisasi ini saja, diperkirakan ada sekitar 211.172.000 resep antibiotik per tahunnya. Yang mencengangkan, suatu studi mencatat bahwa resep antibiotik yang diberikan dokter anak untuk kasus infeksi telinga saja, mencapai 500 juta dolar per tahun! Belum ditambah jenis penyakit lainnya.
Dibandingkan orang dewasa, anak-anak memang menjadi "korban" utama. Menurut penelitian US National Ambuilatory Medical Care Survey pada tahun 1989, sebanyak 84 persen anak-anak di dunia memperoleh antibiotik. Di Indonesia, data resmi mengenai penggunaan antibiotik memang belum ada.
Namun sebuah studi pernah dilakukan terhadap seluruh dokter umum dan apotek di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan mengungkap hal yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Prof dr Iwan Dwiprahasto, MMedSc, PhD, dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, tersebut mengungkapkan, sebanyak 93 persen pasien anak yang menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) berupa batuk, pilek dan radang tenggorokan memperoleh resep antibiotik (Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 29, tahun 1997).
Dalam studi lain, ditemukan jumlah 92 hingga 98 persen penderita ISPA non pneumonia, baik anak-anak maupun dewasa, mendapat setidaknya satu macam antibiotik setiap kali berobat ke puskesmas. Kondisi ini juga terjadi pada praktik dokter swasta, dimana persentasenya mencapai 82 hingga 89 persen.
Padahal, menurut kriteria World Health Organization (WHO), persentase pasien ISPA yang benar-benar perlu memperoleh antibiotik hanya berkisar antara 7 sampai 14 persen. Sebagian besar kasus batuk, pilek, demam ringan, serta radang tenggorokan umumnya tidak perlu obat, karena umumnya itu disebabkan virus yang akan membaik dengan sendirinya seiring meningkatnya daya tahan tubuh. Kalau pun perlu obat, hanya berupa obat-obatan simtomatik (untuk mengencerkan dan memudahkan pengeluaran dahak, menurunkan panas, melonggarkan saluran pernapasan, dsb) yang bertujuan meringankan gejala.
"Hal ini menjadi salah satu cermin bahwa pemberian antibiotik sudah berlebihan, dan keliru diberikan kepada mereka yang justru tidak memerlukannya," tutur Prof Iwan, sang peneliti yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM ini.
 
Pabrik obat, dokter, dan pasien ikut berperan
          Pemberian obat yang berlebihan memang bukan hal baru. Secara garis besar, hal ini disebabkan oleh tiga faktor.
          Pertama, membanjirnya obat dalam jumlah yang sangat besar. Di Indonesia, jumlah obat yang terdaftar mencapai sekitar 20.000 jenis dari industri farmasi. Mereka juga terhitung agresif dalam memasarkan produknya sehingga pertimbangan dokter dalam meresepkan obat berisiko kurang objektif. Keadaan ini diperparah dengan lemahnya pemerintah dalam menegakkan peraturan.    
Kedua,  dokter "ragu-ragu" dalam memberikan diagnosa, sehingga antibiotik diberikan untuk berjaga-jaga terhadap penyakit yang belum tentu ada. Secara tidak langsung, kebiasaan ini membuat pasien ikut tersugesti bahwa antibiotik adalah "obat dewa", sehingga sering menagih kepada dokter jika tidak diresepkan.
Ketiga, dalam keadaan sakit dan galau, umumnya pasien pasrah saja pada tindakan dokter. Selain itu pasien tidak memberikan informasi yang lengkap mengenai gejala penyakitnya - misalnya pada waktu apa saja cairan pileknya berwarna kehijauan, hanya pagi hari atau sepanjang hari, dan sebagainya – juga kurang memperhatikan gejala fisik yang terjadi pada dirinya sendiri. Yang penting baginya periksa ke dokter dan diberi obat. Padahal, konsultasi medis sebenarnya merupakan "diskusi" antara dokter dan pasien untuk mencari penyebab terjadinya penyakit dan kemudian menentukan cara pengobatannya. Konsultasi juga tidak harus berujung pada secarik resep, karena terapi yang diberikan sangat bergantung pada observasi selama konsultasi.
Mengembangbiakkan kuman super
Penggunaan antibiotik yang sembrono pun akhirnya menimbulkan lingkaran setan. Karena bertindak seperti bom, bakteri "baik" yang ada di dalam tubuh kita ikut musnah. Posisi yang semula ditempati bakteri "baik" bisa diisi oleh bakteri "jahat". Fungsi-fungsi organ di dalam tubuh kita menjadi terganggu, karena kondisi mikroorganisme di dalam tubuh menjadi tidak seimbang.
Tidak mengherankan, beberapa hari setelah minum antibiotik sering ditemukan keluhan berupa sembelit, asam lambung meningkat, diare, lemas tanpa sebab yang jelas, keputihan, dan kekebalan tubuh yang menurun. Dalam kondisi yang demikian, tubuh menjadi lebih rentan kena alergi dan penyakit lain.
Konsumsi antibiotik yang dosisnya ngawur dan tidak dihabiskan juga akan membuat kuman menjadi familiar dengan jenis antibiotik tersebut, dan dengan mudah akan mengecoh dengan cara berubah bentuk (bermutasi), menjadi jenis yang lebih kuat dan tangguh (kebal). Jadi, bukannya membuatnya mati, antibiotik justru menjadi semacam "vaksinasi" bagi kuman-kuman tadi. Akibatnya, obat yang digunakan menjadi tidak mempan, dan diperlukan antibiotik lain yang lebih kuat. Lingkaran setan ini membuat penyakit semakin sulit dibasmi dan tubuh lebih gampang sakit-sakitan.
"Lebih celakanya lagi, sejak tahun 2007 yang lalu dunia telah memutuskan untuk berhenti memproduksi antibiotik. Proses pembuatan antibiotik yang sangat sulit dan mahal dinilai tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh, sebab ketika formula itu jadi, kuman-kuman yang semula menjadi target sudah keburu bermutasi," tutur Prof Iwan.
Jadi bisa dibilang, menggunakan antibiotika dengan sembrono sama saja dengan mengembang-biakkan bakteri super, yang kelak keganasannya tak akan mampu kita lawan lagi. Dengan kenyataan semacam ini, apakah konsep melenyapkan penyakit dengan antibiotik bisa terus dipertahankan? (N)
Penulis : Dyah Pratitasari

Simak artikel lengkapnya di Nirmala 11/Tahun 11, edar 1 November 2010

 

Terapi Madu Cara Alami Tingkatkan Imunitas Tubuh


Sejak ratusan tahun lalu madu sudah dikenal sebagai minuman sumber energi yang memiliki khasiat sebagai obat. Apa saja keistimewaannya dan penyakit apa saja yang bisa diatasi dengan madu?

Dalam dunia kedokteran, madu memang tidak digolongkan sebagai obat. Madu hanya digolongkan sebagai suplemen atau minuman kesehatan. Karenanya jarang ada dokter yang meresepkan madu kepada para pasiennya. Tetapi uniknya, banyak literatur kuno dan kitab suci yang justru menyebutkan madu sebagai minuman sehat yang memiliki khasiat sebagai obat.

Sebagai contoh, Al Quran surat An Nahl (Lebah) ayat 69 menyebutkan bahwa, "Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia."

Madu juga disebut memiliki khasiat sebagai obat dalam kitab Ayurveda yang antara lain untuk mengatasi sakit paru-paru. Sementara Aristoteles (350 SM) dalam bukunya Historia Animaliu menuliskan bahwa madu putih baik untuk mengobati sakit mata, dan Celsius, seorang dokter Romawi selalu memberikan madu pada pasiennya yang menderita diare karena efek antibakteri dan kandungan nutrisinya mudah dicerna.

Istimewanya madu

Madu adalah cairan manis berasal dari nektar tumbuhan yang diproduksi oleh lebah madu. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar necteriffier dalam bunga. Bentuknya cairan, rasanya manis alami dengan aroma yang lembut. "Nektar mengandung air (50-90 persen), glukosa, fruktosa, sukrosa, protein, asam amino, karoten, vitamin, dan minyak, serta mineral esensial," demikian penjelasan Dr Adji Suranto, ahli apitherapy dan pengajar pemanfaatan produk perlebahan di Apiari, Pramuka, Cibubur, yang juga Ketua Komisi Apitherapy Asosiasi Perlebahan Indonesia (API).

Bagaimana madu berefek terapi? Kandungan nilai gizi (lihat boks) dan variasi kompisisi kandungan zat-nyalah yang membuat madu terbukti berkhasiat sebagai terapi. Salah satu yang paling penting adalah kandungan zat antibiotiknya untuk melawan serangan berbagai kuman patogen penyebab penyakit, seperti hasil penelitian Peter C Molan (1992), dari Departement of Biological Sciences, University of Waikoto, Selandia Baru.

Para ahli menduga, zat antibakteri pada madu muncul karena adanya efek osmotik yang berasal dari tingginya kandungan gula madu, sekitar 84 persen dibanding kadar airnya yang hanya sekitar 15 persen. "Sedikitnya kandungan air dalam madu yang berinteraksi dengan kadar gula dalam madu itulah yang membuat bakteri tidak dapat hidup. Karena tidak ada bakteri yang mampu hidup pada medium berkadar air kurang dari 17 persen, " kata Dr Adji.

Ciri khas madu lainnya adalah sifatnya yang asam dengan pH antara 3,2 sampai 4,5 sehingga cukup untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang biasanya berkembang biak pada pH 7,2 sampai 7,4. Madu juga dapat meningkatkan pembelahan sel limfosit, yang berperan dalam pembentukan sel darah putih dalam tubuh, sehingga berkasiat meningkatkan imunitas tubuh.

Namun demikian Aristoteles menyatakan, madu dari area dan musim tertentu dapat mengobati penyakit tertentu pula. Ini artinya, efek antibakteri madu berbeda-beda tergantung sumber nektarnya. Sementara, National Honey Board 2005, melaporkan bahwa madu yang berwarna gelap seperti madu manuka dan varitas madu buckwheat, terbukti memiliki kadar antioksidan lebih tinggi dibanding madu berwarna terang seperti madu akasia atau clover.

Beberapa hal yang membuat efek antibakteri madu ini berbeda-beda adalah kandungan hidrogen peroksida dan non-peroksida, serta vitamin C, ion logam, enzim katalase, dan ketahanan madu terhadap suhu serta sensitivitas enzimnya terhadap cahaya.Karenanya, ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa efek antibakteri madu yang terbaik diperoleh dengan cara mengoleskan (topikal), dan secara umum akan berkurang efeknya jika tercampur zat lain atau diencerkan. Meski begitu, penelitian terakhir menunjukkan bahwa efek antibakteri madu juga efektif  bila ditelan, misalnya pada infeksi pencernaan atau sakit maag.

Efektif untuk gangguan maag

Adalah Karina Purbasari (27 tahun), seorang model yang telah membuktikan khasiat antibakteri madu ini pada kasus maag kronis yang dideritanya. Sebelumnya, setiap maagnya kambuh ia selalu pergi ke dokter dan mendapat resep aneka obat maag, "Tetapi begitu obat habis, saat itu juga maag saya selalu kambuh," ujarnya. Tidak hanya itu, setiap tahunnya sedikitnya Karina tiga kali harus masuk rumah sakit gara-gara serangan maag ini.

Di tengah diet ketat yaitu harus ngemil setiap jam untuk mencegah serangan maag secara tiba-tiba, seorang teman yang memiliki pengalaman sama, menganjurkannya untuk mencoba terapi madu, yakni terapi pengobatan dengan menggunakan madu. "Saya langsung mencoba, " katanya.

Terapi madu diawali dengan dosis tiga kali sehari selama dua minggu masing-masing 1 sendok makan di pagi hari, siang hari, dan menjelang tidur. Dua minggu kemudian, karena sudah jarang kambuh, Karina mengurangi dosisnya menjadi dua kali sehari, yakni 1 sendok makan sebelum makan siang dan 1 sendok makan menjelang tidur. "Sekarang maag saya sudah tidak pernah kambuh lagi," tuturnya.

Menurut Dr Adji Suranto, madu memang telah terbukti membantu saraf sensorik dinding lambung merangsang pelepasan zat molekul hasil uraian protein (yaitu peptida) untuk meningkatkan aliran darah ke selaput lendir lambung guna melindungi lambung dari kerusakan. (N)

Dosis Umum Konsumsi Madu untuk Kesehatan

Dosis madu yang dianjurkan untuk dewasa adalah 100 – 200 gram sehari. Diminum 3 kali sehari masing-masing pagi 30-60 gram, siang 40-80 gram, dan malam 30- 60 gram
Disarankan 1 ½ jam atau 2 jam sebelum makan atau 3 jam sesudah makan.
Untuk anak-anak dosis madu 30 gram sehari.
 
Penulis  : Ahmad Kholil 
Simak artikel lengkapya di Nirmala 05/Tahun ke 11, edar, 1 Mei 2010
 
 Rumah Sehat reflekis Menyediakan berbagai macam madu ; madu rimba, madu randu, madu habatussaudah dan Madu Pahit (Rasakan manfaat luar biasa untuk terapi berbagai penyakit)

Klik di. www.rumah-refleksi.web.id

REFLEKSOLOGI Mengobati Penyebab Timbulnya Sakit


Refleksologi telah lama dikenal sebagai terapi alternatif untuk mengatasi gangguan pada saraf dan peredaran darah. Seperti apa sebetulnya cara kerjanya?

Jika kepala, lehar, atau punggung Anda terasa sakit, sebelum minum obat, cobalah jalani terapi pijat refleksi di bagian kaki atau tangan Anda. Dalam waktu beberapa menit, sakit yang Anda rasakan kemungkinan akan berkurang; dan jika dilakukan secara tepat dan benar, bahkan bisa menghilangkan keluhan yang sering Anda rasakan.

Inilah yang dilakukan oleh Akhmadi (35 tahun). Pria yang bekerja sebagai Marketing Manajer di sebuah bank swasta nasional ini mengaku sebelum mengenal terapi pijat refleksi berbagai macam obat telah diminum, namun hasilnya tidak bisa bertahan lama. "Selesai minum obat, beberapa hari kemudian sakitnya kambuh lagi," katanya.

Menurut Andy Dees, MH, seorang ahli refleksologi dari Klinik Tre Danne, Jakarta Selatan, yang telah mendapatkan sertifikat dari International Association of Natural Healing and Reflexology Athens-Greece, pijat refleksologi sangat berguna sebagai deteksi dini (early detection) dan pencegahan terhadap suatu penyakit (prevention of disease).

 

Asal usul refleksologi

Refleksologi yang dipraktikkan sekarang ini berasal dari Mesir Kuno, berdasarkan inskripsi pada kuburan seorang penyembuh di Saqqara, Mesir, tahun 2350 SM. Sebelumnya, refleksologi juga telah dikembangkan kurang lebih 5000 SM di Cina. Namun, sampai sekarang tidak jelas bagaimana hubungan perkembangan refleksologi di Mesir Kuno dan Cina Kuno. Bagaimanapun, rupanya berbagai cara pemijatan titik-titik pada kaki untuk menyehatkan tubuh telah dilakukan oleh nenek moyang manusia dari berbagai penjuru dunia.

Bahkan orang Barat modern pun kemudian tertarik untuk mengembangkan refleksologi yang disebarkan ke Eropa seiring dengan perluasan kawasan Kekaisaran Romawi. Adalah Dr Edwin Bowers, MD yang pada permulaan abad ke-20 menemukan teori zona yang kemudian diperkenalkan oleh Dr William Fitzgerald, MD dalam bukunya Relieving Pain at Home (1917). Dalam bukunya ini, tubuh manusia dibagi dalam 10 zona secara vertikal, mulai dari jempol kaki terus ke kepala, dan selanjutnya dari jari kaki kedua terus ke kepala juga. Demikian juga tangan dibagi dalam jumlah zona yang sama, mulai dari ujung jari sampai pundak. Organ-organ tubuh dan saraf-saraf pada zona atau jalur yang sama itu saling berhubungan.

Dengan prinsip keterkaitan organ dalam tubuh, terapis pijat refleksologi tidak perlu menyentuh organ yang bermasalah, cukup memijat saraf yang terletak pada kaki. Dengan begitu diharapan organ akan berfungsi normal kembali. Pembagian ke dalam zona ini ditujukan untuk mempermudah pengenalan letak titik-titik yang saling berhubungan.

Teori zona ini juga membuat pijak refleksi kaki dan tangan lebih mudah diterima terutama bagi orang Barat, sebagai terapi yang membantu meningkatkan stamina dan mempertahankan kebugaran tubuh. Bahkan Dr Fitzgerald kemudian menemukan fakta yang menarik bahwa selain mengurangi rasa sakit, refleksologi juga efektif mengobati penyebab timbulnya rasa sakit.

Melalui perintisan oleh Dr Shelby Riley, MD, dan Eunice D.Ingham, seorang Physical Therapist, dikembangkan teori foot reflex yang membuat refleksologi makin dikenal dan diterima secara luas seperti sekarang.

 

Mencari kesembuhan

Menurut Andy Dees, prinsip pijat refleksologi pada dasarnya adalah memanipulasi titik pusat simpul saraf atau pengendali reflek di titik meridian. Bila energi di jalur meridian berjalan lancar, artinya tubuh dalam kondisi sehat. Sebaliknya, jika ada gangguan, kerja organ tubuh akan pincang dan bereaksi dalam bentuk gejala sakit. "Dalam terapi pemijatan, rasa sakit ini biasanya timbul karena titik-titik refleksi tersebut menjadi sangat sensitif terhadap rangsangan saat dilakukan pemeriksaan atau diagnosa," Andy Dees menjelaskan.

Setelah terdiagnosa, pemijatan suatu organ tubuh bisa dilakukan melalui kaki atau tangan. Dan jika dilakukan dengan benar dan tepat pada titik pusat simpul saraf  yang mengalami gangguan, bukan gejala sakit saja yang hilang tetapi juga penyebabnya. Bahkan, pijat refleksi juga diyakini mampu menghilangkan penyakit emosi seperti stres, depresi, dan frustrasi karena  pemijatan pada titik-titik refleksi tertentu dapat memicu pelepasan endorfin, yaitu hormon yang diproduksi otak dan memiliki cara kerja mirip morfin, sehingga dapat membuat tubuh dan perasaan relaks. (N)

Kesehatan kita adalah preventif, pepatah bilang mencegah lebih baik dari pada mengobati. Orang juga sering bilang sehat itu mahal karena kita sering menyadari pentingnya kesehatan di saat kita sudah sakit, nah sebelum anda sakit anda patut merawantnya maka anda akan bilang bahwa Sehat itu Murah,

Terapi Refleksi adalah salah satu cara Preventif untuk manjaga kesehatan anda. Dengan Rutin Terapi Refleksi Insya Allah anda akan merasakan Hidup Sahat tanpa batas.

Jika anda ingin mencoba Kedasyatan terapi Reflekis anda dapat melakukanya di Rumah Sehat Refleksi yang beralamat di jl. Brotonegoro Barat no. 108 Gresik Kota Baru tlp. 031-70431304

www.rumah-refleksi.web.id

Penulis : Ahmad Kholil 
Simak artikel lengkapnya di Nirmala 06/Tahun 11, edar 1 Juni 2010 

Pijat Lebih Ampuh Atasi Sakit Punggung

Pijat Lebih Ampuh Atasi Sakit Punggung


Sehatnews.com Ternyata terapi pijat lebih ampuh mengurangi nyeri punggung daripada konsumsi obat dan olahraga, sebuah penelitian menyebutkannya.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Amerika ini melibatkan setidaknya 400 peserta yang menderita sakit punggung kronis tanpa penyebab medis yang jelas untuk setidaknya tiga bulan.

Kemudian sepertiga dari mereka diberikan perawatan pijat struktural setiap minggu, sepertiga lainnya menerima pijat relaksasi dan sisanya mengonsumsi obat penghilang rasa sakit atau relaxers otot dan mengurangi tingkat aktivitas atau berolahraga.

Para ilmuwan pun menemukan, kedua kelompok peserta yang menerima perawatan pijat melaporkan bahwa gejala sakit punggung mereka berkurang setelah 10 minggu, dibandingkan kelompok yang tidak menerima pijat. Enam bulan kemudian, peserta yang tidak menerima pijat masih melaporkan gejala lebih buruk daripada mereka yang dipijat.

Peneliti percaya ini disebabkan oleh jenis pijat yang bekerja sama dengan baik untuk mengurangi rasa sakit.

"Meskipun terapi pijat struktural masih terlihat lebih baik dari pada pijat relaksasi, namun hasilnya sama baik untuk merawat sakit punggung," kata peneliti Karen J. Sherman, dari Kelompok nirlaba Research Institute di Seattle, Amerika.
 
Rekan Sherman juga mengungkapkan hal yang sama mengenai fungsi ditemukannya pijat sebagai perawatan sakit punggung. 

"Ini penting karena nyeri punggung kronis adalah salah satu alasan paling umum orang periksa ke dokter dan praktisi alternatif" jelas Daniel Cherkin, peneliti senior di Institut yang sama.

Sering kali pasien sakit punggung atau pinggan yang datang di Rumah sehat refleksi mereka sudah dalam kondisi sudah kronis, karena sudah diterapi kamana-mana dan hasilnya kurang maksimal bahkan malah tambah sakit.
Karena kadang cara pijat yang tidak tepat dan asal-asalan. Bahkan para pasien kadang sudah menjalani fisioterapi ber puluh-puluh kali.

Padahal jika keluhan sakit pinggang atau punggung karena faktor terkilir atau terjepit jika ditangani secara benar insya Allah hanya dengan 2-3 kali terapi, sudah sembuh dengan normal. Bisa anda buktikan di Rumah Sehat refleksi di jl. Brotonegoro barat no. 108 Gresik kota Baru tlp. 031-70431304

www.rumah-refleksi.web.id