Senin, 09 Januari 2012

Ketika Kelenjar Kupu-kupu Terganggu
www.rumah-refleksi.web.id

Istilah awamnya, gangguan tiroid. Gejalanya sering rancu, sehingga jarang disadari atau malah disangka penyakit lain. Padahal jika tidak segera ditangani, bisa memicu komplikasi serius.

Pernah membaca novel The Hobbit? Tulisan fantasi karya J.R.R Tolkien, penulis asal Inggris, yang kisahnya diangkat ke dalam layar lebar berjudul Lord of The Rings ini mengisahkan petualangan para hobbit, sejenis manusia kerdil.
            Rupanya, keberadaan mereka bukan sekadar cerita dongeng. Teori terbaru yang diajukan ilmuwan Australia dalam jurnal Proceedings of The Royal Society menyatakan, hobbit masih satu spesies dengan manusia pada umumnya. "Bedanya, mereka kekurangan hormon tiroid sehingga pertumbuhan fisik dan mental mereka terhambat. Tubuh mereka juga menjadi kerdil, yang dalam bahasa medis disebut kretinisme," kata Peter Obdendorf, peneliti dari School of Applied Sciences, RMIT University, Australia.
 
Jumlahnya terus meningkat
            "Kekurangan tiroid memang bisa membuat manusia jadi kretinisme," tutur Prof Dr Johan S. Masjhur, SpPD-KEMD, SpKN, ketua kelompok studi Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), dalam seminar media berjudul "Gangguan Kesehatan Akibat Kelainan pada Kelenjar Tiroid: Dampak Hipotiroid dan Hipertiroid", di Jakarta, Desember lalu. Sebab, pada kondisi tersebut tubuh kekurangan hormon yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. "Akibatnya, selain cacat fisik, perkembangan mental dan kecerdasannya juga bisa terbelakang", tambahnya.
            Namun gangguan tiroid tidak harus berupa kekurangan tiroid. Sebab, kadar tiroid yang berlebihan pun memicu masalah.  Metabolisme tubuh akan meningkat terlalu pesat, membuat fungsi organ menjadi kacau. Efeknya bermacam-macam. Mulai dari terganggunya fungsi reproduksi, glaukoma, hingga serangan jantung. Jika gangguan tiroid ini dialami oleh wanita hamil, janin yang ia kandung bisa terkena imbasnya.
            Di Indonesia, data pengidap gangguan tiroid belum diketahui secara pasti, namun jumlahnya diduga terus meningkat. Di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, misalnya, jumlah pasien tiroid yang berkunjung ke rumah sakit tersebut berkisar antara 288 hingga 300 orang setiap bulan. Sebagian besar dari mereka datang ketika kondisinya sudah cukup parah.
 
Pengatur metabolisme
            Tiroid merupakan salah satu kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di leher depan bagian bawah, antara jakun dan tulang dada bagian atas. Itu sebabnya, ia juga sering disebut kelenjar gondok atau kelenjar kupu-kupu.
            Kelenjar yang satu ini berperan penting dalam proses metabolisme. Tugas utamanya memproduksi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang berperan sebagai pengatur metabolisme dan sumber energi. Sebagai pengatur metabolisme, tiroid berperan penting dalam menyerap semua zat makanan yang kita makan sekaligus membuang racun-racun yang bersarang di dalam tubuh. Ia juga bertugas mengatur produksi energi di dalam mitokondria, yaitu pembangkit tenaga bagi seluruh sel yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup kita.
            "Dalam melakukan tugasnya, tiroid tidak sendirian. Ia dibantu oleh thyroid stimulating hormone (TSH), semacam hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari di dalam otak, yang bertugas merangsang tiroid memproduksi hormon-hormon tadi. Jika jumlah hormon tiroksin dalam tubuh kita sudah cukup, tubuh akan mengirimkan sinyal pemberitahuan ke otak. Selanjutnya, kelenjar pituitari akan mengurangi jumlah TSH yang dikeluarkan, sehingga tiroid berhenti berproduksi," ujar Prof Johan.
 
Mekanisme error
            Gangguan tiroid terjadi saat sistem penerimaan sinyal dan informasi di kelenjar tiroid mengalami error. Meski otak tidak memproduksi TSH untuk merangsang tiroksin misalnya, tiroid dengan giat terus bekerja memproduksi hormon. Akibatnya, terjadilah kelebihan hormon tiroksin di dalam tubuh yang disebut hipertiroid.
            Karena kelebihan hormon, proses metabolisme berjalan ekstra cepat. Proses pembakaran di dalam tubuh seolah berlangsung tanpa henti. Itu sebabnya, meskipun makannya banyak, pengidap hipertiroid akan terus menerus merasa lapar, sering buang air besar, dan tubuhnya cenderung kurus. Makan banyak tapi awet langsing ini tidak membuat nyaman, karena di saat yang sama timbul rasa gelisah, cepat marah, sulit tidur, tangan gemetar, otot terasa lemas, dan jantung berdebar-debar.
            "Sebaliknya, jika kelenjar tiroid rusak atau ngambek berproduksi, tubuh hanya bisa memperoleh sedikit tiroksin sehingga terjadi kekurangan (hipotiroid). Kondisi ini membuat metabolisme tubuh berjalan sangat lambat, sehingga orang yang mengalami gangguan ini cenderung kalem, mudah mengantuk, sembelit, sering kedinginan, dan gampang gemuk," tutur Prof DR dr Sri Hartini, SpPD-KEMD, ahli endokrin dari RS Hasan Sadikin, Bandung. (N)
Penulis  : Dyah Pratitasari
Simak artikel lengkapnya di Nirmala 01/Th 12, edar 1 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar