Senin, 09 Januari 2012

Kapsul Ekstrak Kelor si Tanaman Ajaib

Kelor, Si Tanaman Ajaib


Bayangkan tentang sebuah pohon yang tumbuh di pekarangan. Daunnya mampu memenuhi kebutuhan gizi kita sekeluarga, bagian lainnya mengobati beragam jenis penyakit, dan bijinya mampu memurnikan air yang sudah tercemar.


Pohon itu benar-benar ada, kelor namanya. Bila selama ini namanya kurang populer sebagai tanaman obat, barangkali karena kelor telanjur identik dengan dunia magis. Konon, ia manjur digunakan untuk mengusir jin, menangkal santet, juga menghilangkan kesaktian. "Kalaupun bukan untuk mengusir setan, paling-paling untuk pakan kambing," cetus Hariyadi (47 tahun) yang berdomisili di Kedungmundu, Semarang.
Padahal, secara turun temurun, seluruh bagian kelor seperti daun, bunga, batang, akar, dan bijinya, sudah digunakan untuk membantu memelihara kesehatan. Saking banyaknya jenis penyakit yang mampu diatasi, sebagian kalangan pun menjulukinya dengan nama panasea, obat untuk segala macam penyakit.
Yang menarik, manfaatnya bukan sekadar cerita dongeng. Seiring berjalannya waktu, khasiat demi khasiatnya bisa dijelaskan secara ilmiah. Belakangan, penelitian menemukan alasan kelor diandalkan sebagai tumbuhan pemberantas kelaparan dan malnutrisi. Rupanya, itu disebabkan oleh  kandungan  vitamin A dalam daunnya yang lebih tinggi dari wortel, vitamin C-nya yang lebih tinggi dari jeruk, zat besinya yang lebih tinggi dari bayam, potasiumnya yang lebih tinggi dari pisang, dan kalsiumnya yang lebih tinggi dari susu.
 
Bukan sekadar pakan ternak
          Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin mengenal kelor dengan beberapa nama, seperti murong (Aceh), munggai (Minang), maronggih (Madura), kelo (Ternate), atau kawona (Sumba).
          Sesungguhnya, di Indonesia, kelor tidak selalu bersinggungan dengan dunia mistis. Faktanya, di beberapa daerah di Sumatera, Sulawesi, dan Bali, beberapa bagian tanaman kelor seperti daun, bunga, dan buahnya sudah dikenal sebagai bahan makanan. Buah kelor muda yang bentuknya mirip kacang polong (namun lebih panjang), disebut drumstick, dikenal sebagai jenis sayuran lezat yang ditunggu-tunggu dalam berbagai jenis masakan. Kalau buah tersebut sudah tua, bijinya diambil, dan direbus atau dipanggang sebagai camilan. Sementara daunnya, bisa dikonsumsi langsung dalam bentuk mentah, dicampurkan dalam salad, atau diolah menjadi kari. Begitu pula dengan bunganya, biasa digoreng bersama adonan tepung seperti tempura.
          Tidak jelas mengapa nama kelor tidak melejit layaknya sayuran lain. Padahal Trees for Life, Church World Service, dan Educational Concerns for Hunger Organization, lembaga-lembaga non-pemerintah di Barat yang berkecimpung dalam pemberantasan malnutrisi, merekomendasikan kelor sebagai salah satu bahan makanan terbaik, terutama untuk mencukupi kebutuhan gizi anak-anak, wanita hamil, dan ibu menyusui. Alasannya, kelor adalah tanaman yang mudah tumbuh di mana saja, tidak bergantung musim, namun kandungan nutrisinya melebihi sayuran yang sudah populer. (N)

Penulis : Dyah Pratitasari
Simak artikel lengkapnya di Nirmala 10/Tahun 12, edar 1 Oktober 2011 

Rumah sehat Refleksi menyediakan Kapsul ekstak daun kelor
Tlp. O31.70431304

Tidak ada komentar:

Posting Komentar